Assallamu'alaikum Wr. Wb.
Tahun 2014 telah menampakkan
diri. Aura semangat perubahan mulai dikoar-koarkan di penjuru negri. Yah,
inilah tahun politik bagi Indonesia. Tahun di mana "wakil rakyat"
dielu-elukan bak jabatan raja yang begitu prestise. Wajahnya pun dirubah
layaknya malaikat. Menyuguhkan kata-kata surga.
Ketika saya SMA, saya dan
teman-teman pernah membuat poster di percetakan seharga Rp.30.000 untuk ukuran
sedang. Hal ini jadi bahan pertimbangan bagiku sekarang. Melihat poster, famplet,
maupun bendera-bendera partai bejajaran di jalan. Eeemmm, kayaknya biayanya
bisa tembus puluhan juta. Apalagi benda-benda semacam itu tak hanya ada di satu
titik. Alangkah sayangnya uang-uang itu. Saya rasa system seperti inilah yang
menimbulkan niat untuk mengembalikan modal ketika sudah menjabat. Saya jadi kepikiran
jika sistem kampanye di Indonesia di rubah, tak perlu begitu membuang uang.
Kita bisa memfokuskan kampanye dalam satu ruang. Jadi seluruh calon ditampilkan
dalam forum terbuka dan disiarkan oleh seluruh media televisi dalam waktu yang
sama, kayak acara miss Indonesia gitu. Untuk DPR bisa siaran tingkat nasional,
tapi untuk DPD hanya perlu siaran local. Tanpa perlu atribut-atribut kampanye
apalagi sampe bawa masa yang malah menimbulkan nepotisme di kemudian hari.
Selain menghemat biaya hal ini bisa membersihkan jalan-jalan kota dari
atribut-atribut yang kadang malah meperjelek suasana.
Yah, walaupun apa yang saya
pikirkan ini aneh. Tapi saya harap Indonesia bisa lebih bersih dalam pemilu tahun
ini. Sehingga bibit-bibit unggul yang akan duduk sebagai wakil-wakil kami.
Sederhana, tirulah kepemimpinan Nabi Muhammad SAW, dan empat khalifah
sesudahnya. Anggap diri juga bagian dari rakyat Indonesia tercinta ini, tak
perlu malu bersua jika bertemu. Jangan pernah menciptakan kesenjangan antara
masyarakat dan pejabat (elite politik). Dan satu lagi saran dari rakyatmu yang
kecil ini, bukalah lagi ingatan kala dirimu belum menjabat. Apa yang engkau
harapkan dari pemerintah? Kala tiba waktunya, lakukan apa yang pernah engkau
harapkan. Tak kan jadi kacang lupa kulitnya.
0 comments:
Post a Comment