Friday, April 4, 2014

Esai: Ketikaku Memilihmu dengan Asa!

Assallamu'alaikum Wr. Wb.

Tahun 2014 telah menampakkan diri. Aura semangat perubahan mulai dikoar-koarkan di penjuru negri. Yah, inilah tahun politik bagi Indonesia. Tahun di mana "wakil rakyat" dielu-elukan bak jabatan raja yang begitu prestise. Wajahnya pun dirubah layaknya malaikat. Menyuguhkan kata-kata surga.

Ketika saya SMA, saya dan teman-teman pernah membuat poster di percetakan seharga Rp.30.000 untuk ukuran sedang. Hal ini jadi bahan pertimbangan bagiku sekarang. Melihat poster, famplet, maupun bendera-bendera partai bejajaran di jalan. Eeemmm, kayaknya biayanya bisa tembus puluhan juta. Apalagi benda-benda semacam itu tak hanya ada di satu titik. Alangkah sayangnya uang-uang itu. Saya rasa system seperti inilah yang menimbulkan niat untuk mengembalikan modal  ketika sudah menjabat. Saya jadi kepikiran jika sistem kampanye di Indonesia di rubah, tak perlu begitu membuang uang. Kita bisa memfokuskan kampanye dalam satu ruang. Jadi seluruh calon ditampilkan dalam forum terbuka dan disiarkan oleh seluruh media televisi dalam waktu yang sama, kayak acara miss Indonesia gitu. Untuk DPR bisa siaran tingkat nasional, tapi untuk DPD hanya perlu siaran local. Tanpa perlu atribut-atribut kampanye apalagi sampe bawa masa yang malah menimbulkan nepotisme di kemudian hari. Selain menghemat biaya hal ini bisa membersihkan jalan-jalan kota dari atribut-atribut yang kadang malah meperjelek suasana.
Yah, walaupun apa yang saya pikirkan ini aneh. Tapi saya harap Indonesia bisa lebih bersih dalam pemilu tahun ini. Sehingga bibit-bibit unggul yang akan duduk sebagai wakil-wakil kami. Sederhana, tirulah kepemimpinan Nabi Muhammad SAW, dan empat khalifah sesudahnya. Anggap diri juga bagian dari rakyat Indonesia tercinta ini, tak perlu malu bersua jika bertemu. Jangan pernah menciptakan kesenjangan antara masyarakat dan pejabat (elite politik). Dan satu lagi saran dari rakyatmu yang kecil ini, bukalah lagi ingatan kala dirimu belum menjabat. Apa yang engkau harapkan dari pemerintah? Kala tiba waktunya, lakukan apa yang pernah engkau harapkan. Tak kan jadi kacang lupa kulitnya.

0 comments:

Post a Comment

Total Pageviews

Powered by Blogger.

Translate

Belajar untuk Menulis, Menulis untuk belajar