Hobi Membaca Bukan Sekedar Argumen Masa Kecil
Oleh: Devy Destiani
Ketika seorang anak kecil ditanya “Apa
hobimu?” jawabannya mungkin akan bermacam-macam. Namun jawaban yang sering kita
dengar adalah membaca, menggambar, bersepeda, dan main sepak bola. Mengapa?
Itu karena hal-hal tersebut adalah suatu kemampuan hebat yang mampu mereka
lakukan.
Membaca merupakan salah satu
kemampuan hebat bagi seorang anak kecil. Ya tentu saja, apalagi jika cara dia
membaca mendapatkan pujian dari orang-orang di sekitarnya. Dia akan terus
mengulang-ulang untuk membaca.
Nah, bagaimana kalau pertanyaan itu
diberikan kepada kaum remaja.
Mungkin hanya sebagian kecil yang masih hobi
membaca. Kebanyakan mereka lebih memilih menonton, jalan-jalan, internetan,
bermain atau mendengarkan musik sebagai hobi. Para remaja mungkin sudah menganggap membaca bukan lagi hal yang
hebat.
Begitu
pula rata-rata para remaja di Kabupaten OKU. Walaupun hobi membaca, namun
buku-buku novel dan komik akan menempati posisi teratas sebagai bahan bacaan
daripada buku-buku pelajaran. Memang tak ada yang melarang, terlebih jika novel
dan komik yang dibaca mempunyai nilai moral yang tersirat. Tapi alangkah lebih
bijaksana jika kita tetap mau mencoba untuk membaca dan menelaah buku-buku yang menyodorkan segudang ilmu.
Lalu
bagaimana dengan orang-orang yang buta huruf atau aksara. Jangankan membaca
novel atau komik, membaca reklame di pinggir jalan pun mereka kesulitan. Pasti
tidak akan ada seorang yang buta huruf atau aksara memiliki hobi membaca. Sementara
itu, data dari Badan Pusat Statistik di Kabupaten OKU menyimpulkan ada 98,43
orang dari keseluruhan penduduk di Kabupaten OKU mengalami buta huruf. Sungguh
miris, di tengah-tengah zaman yang penuh oleh fasilitas-fasilitas canggih masih
ada saja orang-orang yang buta huruf. Padahal membaca merupakan salah satu modal
utama dan cara yang efektif untuk kita mendapatkan ilmu.
Setiap
orang haruslah membaca, bukan hanya membaca satu atau dua buku, sehari, sebulan, atau setahun saja. Tapi membaca
haruslah menjadi “Kebiasaan”.
Janganlah hari-harimu berlalu tanpa membaca. Namun bukan sekedar membaca. Tetapi
membaca sesuatu yang menghasilkan manfaat, bacaan yang memperbaiki diri bukan
merusak, membangun bukan menjatuhkan, dan memberikan inspirasi bukan mengotori
pikiran.
Hobi
membaca bukanlah sekedar argumen anak kecil belaka. Membaca adalah sebuah
kebutuhan baik untuk anak kecil maupun orang tua. Jika diumpamakan dengan oksigen, apakah
kita akan membenarkan jika ada yang berkata hobinya menghirup oksigen? Tentu
tidak, karena oksigen memang hak dan kewajibannya. Dia berhak menghirup oksigen
yang merupakan karunia Allah SWT dan dia juga berkewajiban menghirup oksigen
untuk kelangsungan hidupnya, sehingga menghirup oksigen merupakan kebiasaan
bukanlah hobi. Begitu pula dengan membaca, seseorang berhak membaca untuk
memperoleh ilmu dan pengetahuan yang berguna dan juga berkewajiban membaca
untuk memberi tambahan wawasan kepada pikirannya. Jadi membaca itu bukanlah
sekedar hobi melainkan sebuah kebiasaan yang harus dilakukan.
Kita ambil contoh dari kisah
baginda Nabi Muhammad SAW. Saat menerima wahyu pertama di gua hira’. Kata yang
pertama di turunkan Allah SWT melalui perantara malaikat Jibril adalah “Iqra
(bacalah)” padahal pada saat itu Nabi adalah seorang ummi (tidak mampu membaca
dan menulis). Keadaan Rasul yang tak tahu bagaimana cara dan apa yang dibaca
ketika itu dengan jelas terlihat dari jawaban Beliau: “Ma ana bi qori‘
(Saya tak dapat membaca).” Bukankah kalimat ini sudah cukup menjadi alasan agar
Jibril memilih topik lain, atau menjelaskan maksud yang ia inginkan. Sebenarnya bisa saja wahyu dimulai
dengan kata-kata yang lain, lagi pula masih begitu banyak kata yang lebih baik
untuk diberitahukan pertama kali. Tapi Jibril malah mendekap Nabi dengan sangat
keras kemudian ia memerintahkannya dengan perintah yang sama, Iqra‘.
Nabi sendiri tidak tahu apa yang Jibril inginkan, bahkan ia tak tahu siapa
orang yang ada di hadapannya itu dan bagaimana ia bisa datang ke tempat itu.
Kejadian ini pun berulang–ulang sampai tiga kali dan akhirnya Jibril
melepaskannya seraya membacakan kelima ayat pertama surat Al-’Alaq. Semua
kejadian ini sebelum Jibril menyatakan bahwa ia adalah Malaikat utusan Allah,
Muhammad adalah Rasulullah, wahyu itu adalah Al Qur’an, dan agama baru ini
adalah Islam. Sebelum adanya semua pernyataan ini ia menyuruh Nabi untuk membaca. Begitu pentingnya
membaca sehingga di dahulukan perintahnya dari pada yang lain. Tidakkah itu cukup menjadi bukti kepada umat Islam akan
pentingnya membaca !
Seperti itu juga ajaran dari agama-agama lain. Semuanya
pasti akan menunjukkan bahwa membaca itu penting. Lihatlah saja di setiap
ajaran pasti memiliki kitab atau setidaknya pegangan hidup. Apakah kitab tersebut berbentuk
animasi? Tentu tidak, pasti berbentuk tulisan. Nah, satu-satunya cara agar kita
mampu mempelajari ajaran tersebut yaitu membaca. Jadi, benar-benar jelas arti
pentingnya membaca bagi kehidupan di alam dunia ini atau pun di alam yang lebih
abadi, akherat.
Maukah anda menjadi orang yang hebat? Jadi orang yang namanya diabadikan? Tak perlu
minum madu apalagi putih telur setiap hari. Caranya sangat mudah, hanya perlu
menjadikan membaca bukan sekedar hobi melainkan kebiasaan. Membaca adalah hakmu
jadi jangan pernah merasa malas atau terbebani karena membaca. Tidak percaya? Pasti
tahukan dengan Albert Einstein seorang ilmuwan sekaligus penemu terkemuka. Alat-alat
hebat serta hukum-hukum matematika rumit ia temukan. Tapi dulunya dia bukan
berasal dari siswa terpelajar di sekolah, bahkan gurunya tidak memperbolehkan
ia sekolah karena ke bodohannya. Namun Ibu Einstein tidak putus asa, dia terus
mengajari anaknya di rumah dan membelikan buku-buku ilmiah untuk Einstein
kecil. Lihat hasilnya sekarang! Dengan motivasi ibunya serta buku-buku ilmiah
yang setia dibaca, Einstein mampu menjelma menjadi seorang yang hebat dan
namanya masih terkenang sampai sekarang. Jadi tunggu apalagi? Ayo jadikan
membaca sebagai kebiasaan dan jadilah orang-orang hebat selanjutnya!
0 comments:
Post a Comment