Jika kelak waktunya telah tiba
Oleh: Devy Destiani
Gadis itu tetap diam dalam kesunyian
hatinya, menatap beberapa tetes warna merah yang melekat erat dalam sapu
tangannya. Ia masih bingung dalam degupan jantung yang tak mampu ia kuasai.
Cukup kuat ia menghirup udara dan menghembuskannya kembali, berharap dunianya
akan kembali seindah harapannya.
Dia tak habis pikir mengapa bisa
tetesan merah itu keluar dari hidungnya sejak beberapa hari yang lalu. Tubuhnya
pun terlihat kurus, walaupun begitu auranya tetap terpancar dari gadis yang
mengenakan jilbab panjang itu.
Pernahkah orang lain merasakan
kesunyian dalam hidupnya? Pikir gadis itu lagi. Sebenarnya dia pun merasa takut
untuk sendirian mengahadapi kenyatan buruk yang mungkin akan menimpanya. Tetapi
hatinya terlalu lembut sehingga tak mampu mengajak satu orang pun untuk ikut
memikirkan masalahnya.
Tanpa Ia sadari jemari-jemari
manisnya telah berdansa dalam papan kata. Menciptakan untaian bait-bait kata
yang mewakili isi hatinya.
“Tuhan,
apakah benar ketika Engkau mencintai hambamu Engkau akan segera memanggilnya?
Tuhan,
apakah benar begitu? Jika ia bolehkah aku meminta undangan-Mu ^_^
Jika
kelak waktunya telah tiba, izinkanlah aku meminta satu permohonan,
Hanya
permohonan kecil dari seorang hambamu yang nakal ini.
Jika
kelak waktunya telah tiba,
izinkanlah
dahulu hamba bertemu dengan seorang pria berfisik KIM SOO HYUN berkepribadian SHINICHI KUDO, serta bersuara
merdu sehingga setiap Ayat AL-QUR’AN yang dibacanya mampu menggetarkan pintu
hatiku.”
SHARE
1
... 2... 3...
Astahfirullahhalazim, mengapa
membuat status facebook, gerutu gadis itu. Sesegera mungkin ia hapus statusnya itu. Wajah gadis itu masih saja
memerah, dia benar-benar malu. Bukan dengan teman-teman yang kemungkinan telah
membacanya, bukan pula dengan dosen-dosennya yang kemungkinan ikut membaca,
tetapi kepada Allah dia benar-benar malu. Bagaimana bisa ia mengadu di jejaring
sosial padahal Allah telah menganjurkan sholat sebagai jalan komunikasinya.
Gadis itu tetap termenung dengan sesekali terdengar isak tangisnya. Sampai
akhirya ia tertidur dalam buaian angin malam.
*
* *
Di sebuah rumah megah dengan
interior yang menakjubkan. Seorang pria sedang asyik berkutat dengan
komik-komik barunya. Ia pahami setiap kata yang ada di dalam komik itu dengan
seksama. Tak selang beberapa waktu ia pun beralih profesi sebagai penonton
setia movie dari komik yang dibelinya. Kegiatan itu terus dilakukannya beberapa
hari sehingga membuat bingung para pembantunya. Banyak desas-desus pembantunya
yang mengatakan bahwa pria ini sedang mabuk.
“Ah, mungkin pria ini sudah dimabuk
oleh tokoh anime terkenal yang ada di
layar televisinya DETECTIVE CONAN.” Ujar
salah satu pembantunya.
Ketika pria itu tahu, dia hanya tersenyum
bahagia seraya berkata “Aku bukan dimabuk conan, tapi aku dimabuk cinta”. ^_^
*
* *
Gadis manis itu adalah seorang
mahasiswi dari salah satu Universitas terkenal di Indonesia. Penampilannya yang
terkesan biasa saja namun bersahaja membuat ia memiliki banyak teman. Putriara
Nur Anissa nama yang elok lagi mengandung arti yang indah. Seorang putri
bernama Ara adalah wanita yang bercahaya. Memang menurut teman-temannya Ara
adalah teman yang bukan hanya sekadar teman melainkan seorang teman yang mampu
mengayomi, membimbing, mengarahkan teman-temannya yang lain kearah yang lebih
baik.
Sepulangnya dari kampus, Ara
langsung melancong ke pasar tradisional kareana ada beberapa keperluan rumah
yang harus ia lengkapi. Namun tiba-tiba ia melihat kejadian yang tak pernah ia
bayangkan. “JAMBRET!” Jerit seorang
wanita tua yang ada di depannya. Ara masih diam tanpa reaksi. Pikirannya mulai
melayang cepat, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa selain menghampiri wanita
tua itu. Andai aku bisa karate seperti Ran Mouri mungkin aku bisa menghajar
penjambret itu, pikir Ara sedih. -_-
Bersamaan dengan itu, seorang pria
datang mengejar sang jambret. Sementara Ara dan wanita tua itu pun mengikuti
pria itu dari belakang. Pria itu masih saja dengan giatnya mengejar lalu
akhirnya ia jatuhkan ke tanah bola yang sedari tadi ia pegang. PLAK! Tendangan
jitu tepat mengenai kepala jambret. Sekonyong-konyong ia tersungkur di atas
lumpur yang kotor. Pria itu dengan sigap mengambil tas wanita yang juga ikut
jatuh ke lumpur. Pemandangan ini sungguh menarik perhatian Ara. Apa ini?
Tanyanya dalam hati. Apakah ini jawaban Tuhan atas harapanku waktu itu. Aaah,
ini hanya kebetulan, batinnya meronta.
Ara masih memandangi pria itu. Dia
masih mengingat-ingat sesuatu. Adegan ini terasa pernah dilihatnya di suatu
movie Detective Conan. Tanpa Ara sadari pria itu kini telah ada dihadapannya.
“Kau anak ibu ini?” Tanya pria itu
singkat.
“Bukan, aku hanya menemaninya
mengejar penjambret itu.” Jawab Ara sambil menggaruk-garuk kepalanya yang
sebenarnya tidak gatal.
“Ini tolong serahkan tasnya, aku
tidak enak langsung memberikan kepadanya. Ia masih terlihat sok.”
“Oh, tentu.” Ujar Ara sambil
mengambil tas dari pria itu dan memberikannya kepada wanita yang sedari tadi
masih terduduk lemas.
“Trima kasih Nak, sampaikan juga
rasa trima kasihku kepada pria tadi.” Pinta ibu itu.
“Sama-sama Bu, baiklah nanti akan
aku sampaikan.”
Sekarang Ara kembali berjalan menuju
tempat pria yang telah menolong tadi. Hanya sekedar untuk menyampaikan amanat
yang diberikan wanita itu kepadanya.
“Trima kasih ya ^_^ Ibu itu sangat
berterima kasih padamu.” Ucap Ara dengan
senyuman.
“Sama-sama, wah ternyata Universitas
kita sama ya Putri.” Ujar pria itu. Ara menjadi bingung dibuatnya. Ketika ia
melihat almamater yang dikenakannya baru ia menyadarinya.
“Oh kita satu Universitas ya, kamu
fakultas apa? Aku jarang melihatmu.”
“Aku Fakultas Kedokteran. Wajar saja
kita jarang bertemu gedung FK kan memang dipisah. Kamu fakultas apa?”
“Fakultas Ekonomi.” Jawab Ara
singkat, sepertinya ia tidak ingin berlama-lama.
“Bukankah kita belum berkenalan,
bagaimana kita bisa jadi teman satu Universitas.” Ujar pria itu dengan nada
bercanda.
“Kukira Kau telah mengetahui namaku
dari nama yang ada di almamater.”
“Tapikan mungkin Kau memakai
almamater orang lain.” Candanya lagi.
“Em, baiklah. Namaku Putriara Nur Anissa.
Nah, siapa namamu?” Tanya Ara.
“Ehem, perkenalkan namaku adalah ...
Shinichi Kudo ...” Jawab pria itu
tegas.
BERSAMBUNG
. . .
nb: Sebenarnya ini novelet yang aku buat, tapi aku pecah jadi beberapa part agar nyaman dibacaya.
Selamat membaca :)
Please comment!
0 comments:
Post a Comment