Friday, February 7, 2014

Novelet: Jika kelak waktunya telah tiba



Jika kelak waktunya telah tiba

 Oleh: Devy Destiani


            Gadis itu tetap diam dalam kesunyian hatinya, menatap beberapa tetes warna merah yang melekat erat dalam sapu tangannya. Ia masih bingung dalam degupan jantung yang tak mampu ia kuasai. Cukup kuat ia menghirup udara dan menghembuskannya kembali, berharap dunianya akan kembali seindah harapannya.


            Dia tak habis pikir mengapa bisa tetesan merah itu keluar dari hidungnya sejak beberapa hari yang lalu. Tubuhnya pun terlihat kurus, walaupun begitu auranya tetap terpancar dari gadis yang mengenakan jilbab panjang itu.

            Pernahkah orang lain merasakan kesunyian dalam hidupnya? Pikir gadis itu lagi. Sebenarnya dia pun merasa takut untuk sendirian mengahadapi kenyatan buruk yang mungkin akan menimpanya. Tetapi hatinya terlalu lembut sehingga tak mampu mengajak satu orang pun untuk ikut memikirkan masalahnya.

            Tanpa Ia sadari jemari-jemari manisnya telah berdansa dalam papan kata. Menciptakan untaian bait-bait kata yang mewakili isi hatinya.

“Tuhan, apakah benar ketika Engkau mencintai hambamu Engkau akan segera memanggilnya?

Tuhan, apakah benar begitu? Jika ia bolehkah aku meminta undangan-Mu ^_^

Jika kelak waktunya telah tiba, izinkanlah aku meminta satu permohonan,

Hanya permohonan kecil dari seorang hambamu yang nakal ini.

Jika kelak waktunya telah tiba,

izinkanlah dahulu hamba bertemu dengan seorang pria berfisik KIM SOO HYUN  berkepribadian SHINICHI KUDO, serta bersuara merdu sehingga setiap Ayat AL-QUR’AN yang dibacanya mampu menggetarkan pintu hatiku.”

SHARE

1 ... 2... 3...

            Astahfirullahhalazim, mengapa membuat status facebook, gerutu gadis itu. Sesegera mungkin ia hapus  statusnya itu. Wajah gadis itu masih saja memerah, dia benar-benar malu. Bukan dengan teman-teman yang kemungkinan telah membacanya, bukan pula dengan dosen-dosennya yang kemungkinan ikut membaca, tetapi kepada Allah dia benar-benar malu. Bagaimana bisa ia mengadu di jejaring sosial padahal Allah telah menganjurkan sholat sebagai jalan komunikasinya. Gadis itu tetap termenung dengan sesekali terdengar isak tangisnya. Sampai akhirya ia tertidur dalam buaian angin malam.

* * *

            Di sebuah rumah megah dengan interior yang menakjubkan. Seorang pria sedang asyik berkutat dengan komik-komik barunya. Ia pahami setiap kata yang ada di dalam komik itu dengan seksama. Tak selang beberapa waktu ia pun beralih profesi sebagai penonton setia movie dari komik yang dibelinya. Kegiatan itu terus dilakukannya beberapa hari sehingga membuat bingung para pembantunya. Banyak desas-desus pembantunya yang mengatakan bahwa pria ini sedang mabuk.

            “Ah, mungkin pria ini sudah dimabuk oleh tokoh anime terkenal yang  ada di layar televisinya  DETECTIVE CONAN.” Ujar salah satu pembantunya.

  Ketika pria itu tahu, dia hanya tersenyum bahagia seraya berkata “Aku bukan dimabuk conan, tapi aku dimabuk cinta”. ^_^

* * *

            Gadis manis itu adalah seorang mahasiswi dari salah satu Universitas terkenal di Indonesia. Penampilannya yang terkesan biasa saja namun bersahaja membuat ia memiliki banyak teman. Putriara Nur Anissa nama yang elok lagi mengandung arti yang indah. Seorang putri bernama Ara adalah wanita yang bercahaya. Memang menurut teman-temannya Ara adalah teman yang bukan hanya sekadar teman melainkan seorang teman yang mampu mengayomi, membimbing, mengarahkan teman-temannya yang lain kearah yang lebih baik.

            Sepulangnya dari kampus, Ara langsung melancong ke pasar tradisional kareana ada beberapa keperluan rumah yang harus ia lengkapi. Namun tiba-tiba ia melihat kejadian yang tak pernah ia bayangkan. “JAMBRET!” Jerit seorang wanita tua yang ada di depannya. Ara masih diam tanpa reaksi. Pikirannya mulai melayang cepat, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa selain menghampiri wanita tua itu. Andai aku bisa karate seperti Ran Mouri mungkin aku bisa menghajar penjambret itu, pikir Ara sedih. -_-

            Bersamaan dengan itu, seorang pria datang mengejar sang jambret. Sementara Ara dan wanita tua itu pun mengikuti pria itu dari belakang. Pria itu masih saja dengan giatnya mengejar lalu akhirnya ia jatuhkan ke tanah bola yang sedari tadi ia pegang. PLAK! Tendangan jitu tepat mengenai kepala jambret. Sekonyong-konyong ia tersungkur di atas lumpur yang kotor. Pria itu dengan sigap mengambil tas wanita yang juga ikut jatuh ke lumpur. Pemandangan ini sungguh menarik perhatian Ara. Apa ini? Tanyanya dalam hati. Apakah ini jawaban Tuhan atas harapanku waktu itu. Aaah, ini hanya kebetulan, batinnya meronta.

            Ara masih memandangi pria itu. Dia masih mengingat-ingat sesuatu. Adegan ini terasa pernah dilihatnya di suatu movie Detective Conan. Tanpa Ara sadari pria itu kini telah ada dihadapannya.

            “Kau anak ibu ini?” Tanya pria itu singkat.

            “Bukan, aku hanya menemaninya mengejar penjambret itu.” Jawab Ara sambil menggaruk-garuk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.

            “Ini tolong serahkan tasnya, aku tidak enak langsung memberikan kepadanya. Ia masih terlihat sok.”

            “Oh, tentu.” Ujar Ara sambil mengambil tas dari pria itu dan memberikannya kepada wanita yang sedari tadi masih terduduk lemas.

            “Trima kasih Nak, sampaikan juga rasa trima kasihku kepada pria tadi.” Pinta ibu itu.

            “Sama-sama Bu, baiklah nanti akan aku sampaikan.”

            Sekarang Ara kembali berjalan menuju tempat pria yang telah menolong tadi. Hanya sekedar untuk menyampaikan amanat yang diberikan wanita itu kepadanya.

            “Trima kasih ya ^_^ Ibu itu sangat berterima kasih padamu.” Ucap  Ara dengan senyuman.

            “Sama-sama, wah ternyata Universitas kita sama ya Putri.” Ujar pria itu. Ara menjadi bingung dibuatnya. Ketika ia melihat almamater yang dikenakannya baru ia menyadarinya.

            “Oh kita satu Universitas ya, kamu fakultas apa? Aku jarang melihatmu.”

            “Aku Fakultas Kedokteran. Wajar saja kita jarang bertemu gedung FK kan memang dipisah. Kamu fakultas apa?”

            “Fakultas Ekonomi.” Jawab Ara singkat, sepertinya ia tidak ingin berlama-lama.

            “Bukankah kita belum berkenalan, bagaimana kita bisa jadi teman satu Universitas.” Ujar pria itu dengan nada bercanda.

            “Kukira Kau telah mengetahui namaku dari nama yang ada di almamater.”

            “Tapikan mungkin Kau memakai almamater orang lain.” Candanya lagi.

            “Em, baiklah. Namaku Putriara Nur Anissa. Nah, siapa namamu?” Tanya Ara.

            “Ehem, perkenalkan namaku adalah ... Shinichi Kudo ...” Jawab pria itu tegas.
BERSAMBUNG . . .

nb: Sebenarnya ini novelet yang aku buat, tapi aku pecah jadi beberapa part agar nyaman dibacaya.
Selamat membaca :)
Please comment!

0 comments:

Post a Comment

Total Pageviews

Powered by Blogger.

Translate

Belajar untuk Menulis, Menulis untuk belajar