Title :
Mystery in love
Author : Devy Destiani
Disclaimer : Aoyama Gosho
Pair/
Chara : Shinichi Kudo, Ran Mouri,
Conan Edogawa, Ai Haibara, Prof. Agasa, Sonoko Suzuki.
Genre :
Drama, romantic.
Cinta, satu kata yang terkadang sangat sulit untuk di ucapkan. Namun terkadang juga sangat mudah di obral . Tapi cinta bukanlah hanya sekedar kata yang ada di dalam kamus-kamus di berbagai Negara. Cinta memiliki artinya tersendiri yang multiarah, dengan berbagai pandangan dan opini setiap individu. Cinta adalah salah satu sumber kekuatan unik dalam diri manusia, yang menjadi penggerak hati untuk melakukan yang terbaik. Walaupun terkadang tak sebaik yang di harapkan. Tapi cinta itu lumrah dari Tuhan,dan begitu sulit untuk di hindari.
Conan POV
Huuuaa…. Keringatku bercucuran. Mimpi
buruk lagi, sudah beberapa hari ini wajah mereka terus merasuk kedalam
mimpi-mimpiku. Merusak tidurku saja. Ku lihat jam menujukkan pukul 04.30. Walaupun langit masih gelap dan udara
dingin menyeruak. Aku putuskan untuk ke rumah Prof. Agasa, ada hal penting yang
akan ku ceritakan padanya. Dengan mengendap-endap aku keluar dari kantor Kogoro
Mouri, ya rumah orang yang ku cintai, Ran Mouri.
“Ohayou gozaimasu.” Ucapku membelah
keheningan di rumah Prof. Agasa.
“Gozaimasu, ada apa Shinichi ? O
genki desu ka ?” Profesor membuka pintu, sepertinya dia menghawatirkanku.
“O kage desu.” Jawabku singkat seraya
langsung masuk kerumah Professor tanpa di suruhnya.
“Prof, sudah beberapa hari ini aku memimpikan
mereka. Apa artinya ya ? aku jadi takut dengan keselamatannya. Sepertinya walau
mereka tak tau identitasku, dia selalu merasuk dalam mimpiku.” Aku bercerita
dengan Profesor karena memang itu tujuan utamaku.
“Kau memimpikannya? itu berarti kau
mencintainya Detective bodoh.” Ai keluar dari kamarnya.
“Aha, ternyata Ai sudah bangun.”
Profesor berkata menyelingi tawa kecilnya.
“Kau yang bodoh, mana mungkin aku
jatuh cinta dengan Black Organisation. Bahkan aku ingin menghancurkan mereka.”
Huh, bertemu lagi dengan wanita jadi-jadian ini, dia memang baik tetapi
menyebalkan. Apa lagi dengan panggilan khasnya terhadapku “Detective Bodoh.”
“Ha..haa.. makanya jangan terlalu
memikirkan BO. Kau akan tersiksa sendiri, lebih baik kau pikirkan cara
melindungi kekasih masa kecilmu itu dari mereka.” Masih saja Ai dengan wajah
dinginnya.
Ooh, Ran. Aku tersentak dengan
kata-kata Ai. Dia benar, nyawa Ran terancam saat ini. Apalagi sepertinya
identitasku mulai terbaca oleh BO. Aku harus bagaimana. Oia, ini hari ulang
tahun Ran. Ingin rasanya aku datang mengajaknya ke Tropical Land seperti dulu,
atau setidaknya memberinya hadiah . Aku bukan pria yang baik untuk Ran. Pria ??
sepertinya kata itu tidak layak untukku. Aku ulangi sekali lagi “Aku bukan
bocah laki-laki yang baik untuk Ran. -.-
“Jangan melamun Meitantei, ambilah
ini !” Sekarang giliran Profesor yang memecah keheningan pikiranku. Ku raih
kotak yang di berikan olehnya. Isinya adalah kalung indah dengan permata merah.
Indahnya, tapi walaupun aku bocah aku
bukan wanitakan. -.-
“Mengapa kau memberi kalung ini Prof
?”
“Berikan kalung itu kepada Ran, sudah
ku lengkapi dengan alat penyadap, kau bisa mengetahui dengan siapa dan kemana
Ran tanpa harus mengikutinya. Tapi jika dia memakainya.”
“Profesor, Arigatou gozaimasu ^^,
tapi aku masih bingung cara memberikannya.”
“Ambilah ini juga, anggap saja
sebagai hadiahku karena kau rela di panggil Detective Bodoh.” Ucap Ai seraya
menyodorkan pil, ya aku tahu itu obat penawar APTX 4869.
“Doumo arigatou gozaimasu.”Wah aku
merasa terbang ke luar angkasa, menari dengan kodok akrobatis, dan kehujanan
miliyaran uang.
“Hentikan khayalanmu itu, aku benci
melihat wajahmu dengan senyum basi. Obat itu hanya bisa bertahan 5 jam.” Baru
membuat senang dan dia menjatuhkanku lagi.
“Ayolah jangan bersedih seperti itu,
gunakanlah waktu itu dengan baik. Bahagiakanlah Ran walau hanya 300 menit.”
Nah, kali ini kata-kata Ai benar. Segera aku membuka lemariku untuk mencari
pakaian yang tepat. Tak lupa ku kirim sms untuk Ran, walaupun dengan gaya
singkat, kau harus tau Ran, aku benar-benar menyayangimu.
“Ran, hari ini ku tunggu di Tropical Land di depan air menyembur tepat
pada pukul 04.00 PM.”
Aku masih saja semangat menyiapkan
pakaian, hingga Profesor dan Ai datang sambil tertawa terkekeh-kekeh
mengejutkanku.
“Dasar, Detective Bodoh !” sergah Ai.
“Kau sungguh aneh Shinichi,
sepertinya kau memang demam.” Profesor pun ikut mengejek.
“Ada apa dengan kalian, apakah salah
aku menyiapkan pakaian terbaik untuk bertemu Ran ?”
“Tidak salah, tapi coba lihat dulu
pakaian yang kau pilih itu.” Ujar Profesor.
“Kau akan bertemu Ran dengan wujud
Shinichi, mengapa kau menyiapkan pakaian Conan ? apa kau akan memakai pakaian
sempit seorang bocah untuk bertemu kekasihmu. Ha..ha..” Ucap Ai.
Aku terdiam, memang benar aku
menyiapkan pakaian Conan. Dasar bodoh ak jadi bulan-bulanan tertawaan mereka.
Ran kau memang membuatku tak mampu berfikir logis -.-
Ran POV
Pagi ini
seperti biasa, saat ku lihat kamar Conan dia sudah tidak ada. Pasti dia sudah
melancong ke rumah Profesor Agasa pikirku. Hari ini adalah hari ulang tahunku,
semoga saja tidak kasus apa pun yang menimpa Ayah dan diriku. Aku merasa bosan,
sedikit-sedikit kasus, pembunuhan seperti makanan sehari-hari untukku.
Ku lihat ponselku dengan rasa
menanti. Ya menanti ucapan seseorang sebagai bukti kepeduliannya terhadap
diriku. “Tet..tet.” sms. Dari siapa ya ? jantungku berdegup kencang. Ternyata
sms dari Sonoko sahabat baikku. Aku kecewa, bukan berarti aku tak mengharapkan
ucapan dari Sonoko. Tapi, jujur saja aku mengharapkan ada satu sms saja berasal
darinya. Ya darinya yang sudah lama tak ku jumpai, Shinichi Kudo. “Tet..tet.”
Untuk kedua kalinya ponselku berbunyi. Tapi aku tidak mau berharap lagi itu
darinya. Ku buka, walau perasaanku ragu. Aku takut kecewa lagi. Kulihat
ternyata pengirimnya Shinichi Kudo. Wa, aku melompat kegirangan, aku merasa
terbang ke luar angkasa, menari dengan kodok akrobatis, dan kehujanan miliyaran
uang.
“Ran, hari ini ku tunggu di Tropical Land di depan air menyembur tepat
pada pukul 04.00 PM.”
Huu, pesan yang ku tunggu-tunggu dari
tadi hanya berisi sesingkat ini. Tak ada kata-kata yang menujukan dia ingat
hari ini. Tapi tak apalah, dia mengajakku bertemu merupakan hadiah istimewa
bagiku. Aku sudah lama tak berjumpa dengannya. Bagaimana ya rupanya sekarang,
apakah masih bertahan dengan wajah cool itu. Jadi teringat waktu dia masih
berada di dekatku, kami selalu bertengkar karena ledekkannya, tapi aku sadari
sekarang setelah jauh darinya. Betapa aku menyayanginya.
Hentikan lamunanmu Ran, aku berteriak
dalam hatiku sendiri. Sekarang aku akan menyiapkan pakaian. Aku berpikir untuk
tampil beda kali ini. Tepat pukul 01.00 PM ada seorang mengetuk pintu. Aah,
apakah itu Shinichi, tapi bukannya dia menungguku di Tropical Land. Ku atur
jalur nafasku yang tak menentu. Perasaan memang aneh dan tak mampu terkendali.
“Konnichiwa Ran, Selamat ulang
tahun.” Ucap Sonoko sahabat terbaikku, ya untuk kedua kalinya aku tertipu
olehnya.
“Konnichiwa Sonoko, arigatou
gozaimasu. Ini kejutan yang indah.”
“Ayo kita rayakan.” Ajak Sonoko.
“Aku mau, tapi aku sudah berjanji
pada untuk bertemu Shinichi jam 04.00 PM.”
“Ow, ternyata pangeranmu itu akhirnya
datang. Tapi ayolah Ran sekarang masih jam 01.00 lebih baik kau ikut aku ke
mall. Kita cari pakaian baru dan memanjakan diri, supaya kau lebih cantik.”
Aku pikir
ucapan Sonoko ada benarnya. Dari pada aku di rumah dengan jantung yang berdetak
cepat menunggu saat itu. Lebih baik menghabiskan waktu bersamanya.
Aku begitu nyaman di tempat spa,
sehingga tertidur. Melupakan penatku akan berbagai kasus-kasus ayah yang
terkadang melibatkan aku untuk ikut bepartisipasi. Kimochi ! Yaa, aku begitu
nyaman sampai tidak menyadari sudah jam 03.55 PM.
“Oh tidak Sonoko, aku terlambat
sekarang sudah jam 03.55 PM dan aku belum siap sekarang. Aku harus bagaimana ?”
tanyaku panik.
“Jangan panik Ran,
ayo pakailah pakaian yang kita beli tadi dan berangkatlah dari sini.”
“Baik Sonoko, mata
ashita.”
Shinichi
POV
Hore, sekarang jam sudah menunjukan
pukul 03.55 aku langsung memakan pil pemberian Ai Haibara. Walaupun rasa
terbakar harus ku terima akibat efek samping dari obat ini. Tapi tak apalah
demi dirimu.
Aku
harus menyembunyikan identitasku. Oleh karena itu ku gunakan kacamata besar dan
topi. Berharap tak ada yang mengenaliku, bahkan sebagai Detective terkenal
sekalipun. Aah, Ran begitu lama sekarang sudah pukul 04.17 PM walaupun hanya
lewat 17 menit dari waktu yang di janjikan tapi itu sangat berharga bagiku.
Bukankah 1020 sekon dia mengaret dari janji. Ada sesuatu yang sangat penting
akan ku katakan padanya.
“Permisi,
saya ingin bertanya apakah anda melihat seorang anak laki-laki tinggi, dengan
wajah sombong menunggu di sini ?” suara seorang wanita menyapaku “deg.”
“Ran
?”
“Shinichi…”
“Mengapa
kau terlambat ?”
“Gomen
nasai. Tadi aku dengan Sonoko …”
“Ya,
sudahlah ayo ikut aku.” Ku potong ucapannya, aku tau jika bersama Sonoko
apalagi yang di kerjakannya kalau bukan masalah wanita, aku tak perlu tau. Aku
juga tak mampu marah kepada Ran hanya karena aku menunggu 17 menit, dia lebih
lama menungguku. Ran begitu cantik, walaupun dia juara karate tingkat region
tak ada yang mampu memungkiri kecantikannya, dan itu termasuk aku.
Kami
berjalan menyusuri Tropical Land, kami diam dan hening padahal tadi begitu
banyak pokok pikiran yang muncul di benakku untukku bicarakan padanya. Aku rasa
dia pun begitu canggung, mungkin karena kami memang jarang bertemu dalam
wujudku Shinichi.
“yoi
o-tenki desu ne.” ku pecah keheningan diantara kami.
“Ya,
Shinichi ogenki desuka ?”
“Aku
baik-baik saja, dan aku yakin kau pun baik-baik saja. Lagian siapa yang berani
mengganggu seorang juara karate sepertimu. Ha..ha..” ini salah satu usahaku mncairkan
suasana.
“SHINICHII…”
Kami
bermain sesukanya hari ini, memutar memori saat kencan pertamaku dengan Ran. Ya
disini di Tropical Land. Tidak terasa sudah jam 08.00 aku mengajaknya untuk
makan malam. Tak henti-hentinya aku melihat jam, aku takut tak cukup waktu
untuk semuanya.
“Ran.
Selamat ulang tahun.”
“Arigatou gozaimasu, kau datang hari
ini merupakan hadiah terindah untukku.”
“Aku tau
itu. He..he ^^”
“Dasar
Sombong.”
“Oia Ran,
ini hadiah untukmu.” Ku berikan kotak yang tadi di berikan Profesor kepadaku.
“Doumo
arigatou gozaimasu, ini kalung yang sangat indah.” Ujar Ran seraya membuka
kotak itu.
“Dou
itashimashite, pakai ya jangan pernah kau lepaskan itu.”
“Pasti.” Ran
tersenyum dengan indahnya.
Aku tercekat
lagi, aku merasakan aura yang aneh, benar-benar aneh. Aura Black Organisation.
Aku teringat tekatku dari tadi pagi, ada sesuatu yang akan ku katakan dengan
Ran.
“Ran, ada
yang ingin ku katakan padamu.”
“Ada apa
Shinichi? Sepertinya kau serius.” Raut wajah Ran sedikit berubah.
“Tapi, kau
berjanji tidak menangis !”
“Kau kira
aku bagian dari gadis-gadis kaya yang cengeng itu.” Wajah Ran meyakinkan.
“Karena aku
telah memenuhi keinginanmu, (menghela nafas) uuhh, bisakah mulai dari malam ini
kau lupakan aku, anggap saja kita tidak pernah bertemu, atau anggap saja aku
telah tiada. Jangan hubungi aku lagi Ran.” Berat rasanya bibir ini berucap tapi
aku yakin ini yang terbaik.
“Mou ichido
itte kudasai, kau bercanda kan ?” wajahnya tetap terlihat tegar.
“Aku tidak
bercanda Ran.” Ku tatap matanya lekat untuk meyakinkannya.
“Mengapa ? Apakah aku membuat
kesalahan.” Suara Ran mulai parau, sepertinya dia menahan tangis. Maafkan aku
Ran.
“Ran, kau tidak salah sedikit pun.”
“Lalu apa ? mengapa kau begitu tega
menjatuhkan aku. Betapa sia-sianya aku menunggumu, betapa sia-sianya semua ini,
apa yang kau lakukan hari ini, sesungguhnya hanya melebarkan luka yang akan kau
ciptakan.”
“Gomen nasai, terlalu banyak masalah
yang aku yakin kau tidak akan mengerti Ran. Aku mohon, aku tidak mampu lagi
berfikir logis karenamu. Kalau kau benar-benar sayang kepadaku lupakanlah.”
Maafkan aku Ran, aku terlalu bodoh, akhirnya
aku membenarkan ucapan Ai. Aku tak bisa melihatmu kelak celaka jika berhubungan
denganku. Aku tidak mau BO menjadikanmu sandra, tawanan, atau sejenisnya. Aku
tak kan pernah rela Ran -.-, ku lihat jam menunjukan pukul 08.50 PM. GAWAT !!!
“Mata ne.” aku benar-benar tak
sanggup melihat Ran, matanya mulai berkaca-kaca.
“Baiklah Shinichi, aku mengerti.
Nagai koto o-jama itashimashita.” Ran tetap tersenyum melepas kepergianku, kau
begitu tegar Ran. Itu salah satu hal yang membuatku begitu kagum padamu. Tenang
ya Sayang pada waktunya kita akan dapat bersatu.
Ku tersenyum sebagai jawaban dan kubalikkan
tubuhku meninggalkan dirinya. Aku memang jahat, tapi aku yakin ini yang
terbaik. Dalam gelap ku menangis. Memang aneh, aku yang menyuruhnya tidak
menangis, malah aku yang menangis. Dasar sepertinya bocah Conan sudah mendarah
daging, menempaku jadi bocah 10 tahun.
Sesaat kemudian aku sudah kembali ke
wujud asalku, Conan Edogawa.
Ran POV
Huaaa.. aku telat apakah dia masih menungguku ya. Aku yakin dia masih
ada. Dimana dia ? aku lupa menanyakan cirri-cirinya. Sebaiknya aku bertanya,
itu ada seorang laki-laki. Mungkin dia melihat Shinichi.
“Permisi, saya ingin
bertanya apakah anda melihat seorang anak laki-laki tinggi, dengan wajah
sombong menunggu di sini ?” aku tiba-tiba jadi gugup, padahal aku tidak
mengenalinya.
“Ran
?”
“Shinichi…”
wajah shinichi tetap saja tampan,aku benar-benar terkejut.
“Mengapa
kau terlambat ?”
“Gomen
nasai. Tadi aku dengan Sonoko …”
“Ya,
sudahlah ayo ikut aku.” Uuh, dia selalu memotong ucapanku, mungkin dia bisa
membaca pikiranku, itukan pekerjaannya ^^.
Kami
berjalan menyusuri Tropical Land, kami diam dan hening padahal tadi begitu banyak
pokok pikiran yang muncul di benakku untukku pertanyakan padanya. Aku rasa dia
pun begitu canggung, mungkin dia merasa bersalah atas kepergiannya selama ini.
Aku harap dia tak akan meninggalkanku lagi.
“yoi
o-tenki desu ne.” Shinichi memecah keheningan diantara kami.
“Ya,
Shinichi ogenki desuka ?” Jawabku, aku khawatir akan dirinya.
“Aku
baik-baik saja, dan aku yakin kau pun baik-baik saja. Lagian siapa yang berani
mengganggu seorang juara karate sepertimu. Ha..ha..” dengan senyum jahilnya.
“SHINICHII…”
Dasar detective nakal, bisanya mengejekku saja.
Kami
bermain sesukanya hari ini, memutar memori saat kencan pertamaku dengan
Shinichi. Ya disini di Tropical Land. Tidak terasa sudah jam 08.00 Shinichi
mengajakku untuk makan malam. Tak henti-hentinya Shinichi melihat jam, apa
sebenarnya yang dia pikirkan.
“Ran.
Selamat ulang tahun.” Shinichi manis sekali.
“Arigatou gozaimasu, kau datang hari
ini merupakan hadiah terindah untukku.” Aku terlalu jujur, sebenarnya aku tak
perlu mngucapkan ini.
“Aku tau
itu. He..he ^^”
“Dasar
Sombong.”
“Oia Ran,
ini hadiah untukmu.”
“Doumo
arigatou gozaimasu, ini kalung yang sangat indah.” Hadiah, aku bahagia sekali
ini lebih dari apa yang aku bayangkan.
“Dou
itashimashite, pakai ya jangan pernah kau lepaskan itu.” Pesan Shinichi
“Pasti.” Ujarku,
tentu saja akan ku pakai, tak kan ku sia-siakan.
Aku melihat
perubahan wajah Shinichi. Entah mengapa tiba-tiba dia terlihat pucat. Aku mulai
khawatir, apa dia sakit ? apa ada sesuatu yang di sembunyikannya dariku.
“Ran, ada
yang ingin ku katakan padamu.”
“Ada apa
Shinichi? Sepertinya kau serius.” Aku khawatir, ya perasaan itu semakin dalam.
“Tapi, kau
berjanji tidak menangis !” Ucap Shinichi. Sungguh ini membuat aku semakin
takut.
“Kau kira
aku bagian dari gadis-gadis kaya yang cengeng itu.” Aku berusaha meyakinkannya.
“Karena aku
telah memenuhi keinginanmu, (menghela nafas) uuhh, bisakah mulai dari malam ini
kau lupakan aku, anggap saja kita tidak pernah bertemu, atau anggap saja aku
telah tiada. Jangan hubungi aku lagi Ran.” Kata-katanya begitu merasuk dalam
relung jiwaku.
“Mou ichido
itte kudasai, kau bercanda kan ?” aku berusaha tegar.
“Aku tidak
bercanda Ran.” Dia menatap wajahku lekat.
“Mengapa ? Apakah aku membuat
kesalahan.” Rasanya aku kehilangan suara, tapi aku harus menanyakannya.
“Ran, kau tidak salah sedikit pun.”
“Lalu apa ? mengapa kau begitu tega
menjatuhkan aku. Betapa sia-sianya aku menunggumu, betapa sia-sianya semua ini,
apa yang kau lakukan hari ini, sesungguhnya hanya melebarkan luka yang akan kau
ciptakan.”
“Gomen nasai, terlalu banyak masalah
yang aku yakin kau tidak akan mengerti Ran. Aku mohon, aku tidak mampu lagi
berfikir logis karenamu. Kalau kau benar-benar sayang kepadaku lupakanlah.”
“Mata ne.” Jawab Shinichi singkat. Aku
tak sanggup mendengarnya, ternyata begitu penilaiannya terhadapku, aku hanya
perusak pikirannya saja.
“Baiklah Shinichi, aku mengerti.
Nagai koto o-jama itashimashita.” Aku harus tetap terlihat tegar saat melepas
kepergiannya. Dia mulai pergi, membelakangi diriku, dan akhirnya hilang dalam
kegelapan.
Conan POV
Aku kejam
ya, aku jahat ya, aku … aku gak punya hati mungkin itu yang ada di benak semua
orang. Tapi aku yakin ini yang terbaik, jika Ran tetap menghubungiku dia pasti
akan kena imbas kemarahan BO. Aku bocah yang gagal. Ayo Shinichi kuatkan
hatimu, tugas utamamu adalah menjaga Ran. Bukan hanya memberinya kebahagiaan
kecil lewat sms semata, itu tidak perlu. Pada akhirnya nanti, jika Tuhan
mengizinkan semua akan indah.
“Konbanwa.”
“Konbanwa,
mengapa kau terlihat lesu Shinichi ? bukankah seharusnya kau bahagia.” Tanya
Profesor.
“Mungkin dia
merasa kekurangan waktu.” Ai menggoda lagi tapi aku malas menyahutnya.
“Aku sudah
menyuruh Ran untuk menjauhiku.” Aku terduduk lemas.
“Menjauhimu
?”
“Iya.”
“Kau tega
sekali Shinichi, ini hari ulang tahunnya. Kau bukan hanya Detective bodoh tapi
tidak punya perasaan juga.” Ucap Ai.
“Aku tidak
mau membuatnya celaka.”
“Niatmu
baik, tapi haruskah di hari ulang tahunnya ?” Lagi-lagi Ai benar. Aku harus
bagaimana agar dia memaafkanku.
“Aah,
sudahlah semuanya sudah berakhir. Biarkan saja mengikuti takdir.” Ucapku
pasrah.
“Ja, mata
ashita.” Aku pergi meninggalkan Prof. Agasa dan Ai. Aku pulang kerumah Ran.
Mungkin dia sangat mengkhawatirkanku. Kami tidak bertemu dari pagi.
Sesampainya
di rumah Ran. Rumahnya begitu sepi,
sepertinya Paman Kogoro belum pulang dari main mahyong. Tapi Ran yang biasanya
menungguku di depan rumah jika aku belum datang kini tidak ada. Setelah
berganti pakaian tidur, aku bergegas ke kamar Ran. Oh Tuhan, apa yang aku
lakukan. Wanita tegar sepertinya menangis. Aku harus bagaimana ? aku memang
jahat.
“Shitsurei
desuga, mengapa kakak menangis ?”
“Ah, tidak
apa-apa Conan-kun.”
“Aku ini Detective
Cilik loo, kakak gak bisa bohong.” Aku terus mendesaknya.
“Em, Shinichi
sudah pergi semakin jauh.” Ran mulai menghapus air matanya.
“Pergi jauh
? aku gak ngerti Kak.” Sok polos.
“Shinichi
membenciku, dia ingin aku menjauhinya.” Ungkap Ran. Aku tersentak mendengarnya.
“Kak
Shinichi tidak membenci Kak Ran.” Ucapku meyakinkan.
“Dia
membenciku.”
“Lie,
buktinya aku di tugaskan oleh Kak Shinichi untuk menjaga Kakak. Tadi Kak
Shinichi menyempatkan diri kerumah Profesor Agasa. Dia terlihat sedih Kak.”
“Benarkah ?”
“Aku tidak
berbohong ^^. Kak Shinichi juga bilang Ada
beberapa hal yang harus tetap menjadi misteri di dunia ini, dan aku pikir
misteri ini lebih baik menjadi misteri yang tidak terselesaikan. Tapi, tenang
saja, Ran wanita yang kuat. Kelak juga hanya akan ada satu kebenaran.
Itu kata Kak Shinichi lo.”
“Aku mengerti
^^, sampaikan salamku padanya jaga dirinya baik-baik.”
“Ok, Oyasumi
nasai.” Ucapku
“Oyasumi
nasai.” Balas Ran.
Author POV
Ya, itu dia
cinta. Bukan hanya sekedar rasa bahagia saat memiliki. Tapi ada sisi lain, yang
setiap individu memiliki pandangan yang berbeda. Cinta juga tak menuntut untuk
dibalas, cinta hanya mengalir mengikuti takdir.
Setelah
Conan memasangkan selimut kepada Ran, mematikan lampu, dan meninggalkan Ran.
Rembulan menjadi saksi atas pertemuan mereka. Ran bergumam di alam sadarnya “I will wait you although one thousand years.”
THE
END
Nb: ini tulisanku saat sma, masih banyak kesalah di sana-sini (tanpa pengeditan). Jadi harap maklum ya ^^ Selamat membaca.
0 comments:
Post a Comment