Saturday, February 8, 2014

Fansfiction: Mystery In Love

Title             : Mystery  in love
Author        : Devy Destiani
Disclaimer  : Aoyama Gosho
Pair/ Chara          : Shinichi Kudo, Ran Mouri, Conan Edogawa, Ai Haibara, Prof. Agasa, Sonoko Suzuki.
Genre                    : Drama, romantic.

            Cinta, satu kata yang terkadang sangat sulit untuk di ucapkan. Namun terkadang juga sangat mudah di obral . Tapi cinta bukanlah hanya sekedar kata yang ada di dalam kamus-kamus di berbagai Negara. Cinta memiliki artinya tersendiri yang multiarah, dengan berbagai pandangan dan opini setiap individu. Cinta adalah salah satu sumber kekuatan unik dalam diri manusia, yang menjadi penggerak hati untuk melakukan yang terbaik. Walaupun terkadang tak sebaik yang di harapkan. Tapi cinta itu lumrah dari Tuhan,dan begitu sulit untuk di hindari.

 

Conan POV
Huuuaa…. Keringatku bercucuran. Mimpi buruk lagi, sudah beberapa hari ini wajah mereka terus merasuk kedalam mimpi-mimpiku. Merusak tidurku saja. Ku lihat jam menujukkan pukul  04.30. Walaupun langit masih gelap dan udara dingin menyeruak. Aku putuskan untuk ke rumah Prof. Agasa, ada hal penting yang akan ku ceritakan padanya. Dengan mengendap-endap aku keluar dari kantor Kogoro Mouri, ya rumah orang yang ku cintai, Ran Mouri.
“Ohayou gozaimasu.” Ucapku membelah keheningan di rumah Prof. Agasa.
“Gozaimasu, ada apa Shinichi ? O genki desu ka ?” Profesor membuka pintu, sepertinya dia menghawatirkanku.
“O kage desu.” Jawabku singkat seraya langsung masuk kerumah Professor tanpa di suruhnya.
“Prof, sudah beberapa hari ini aku memimpikan mereka. Apa artinya ya ? aku jadi takut dengan keselamatannya. Sepertinya walau mereka tak tau identitasku, dia selalu merasuk dalam mimpiku.” Aku bercerita dengan Profesor karena memang itu tujuan utamaku.
“Kau memimpikannya? itu berarti kau mencintainya Detective bodoh.” Ai keluar dari kamarnya.
“Aha, ternyata Ai sudah bangun.” Profesor berkata menyelingi tawa kecilnya.
“Kau yang bodoh, mana mungkin aku jatuh cinta dengan Black Organisation. Bahkan aku ingin menghancurkan mereka.” Huh, bertemu lagi dengan wanita jadi-jadian ini, dia memang baik tetapi menyebalkan. Apa lagi dengan panggilan khasnya terhadapku “Detective Bodoh.”
“Ha..haa.. makanya jangan terlalu memikirkan BO. Kau akan tersiksa sendiri, lebih baik kau pikirkan cara melindungi kekasih masa kecilmu itu dari mereka.” Masih saja Ai dengan wajah dinginnya.
Ooh, Ran. Aku tersentak dengan kata-kata Ai. Dia benar, nyawa Ran terancam saat ini. Apalagi sepertinya identitasku mulai terbaca oleh BO. Aku harus bagaimana. Oia, ini hari ulang tahun Ran. Ingin rasanya aku datang mengajaknya ke Tropical Land seperti dulu, atau setidaknya memberinya hadiah . Aku bukan pria yang baik untuk Ran. Pria ?? sepertinya kata itu tidak layak untukku. Aku ulangi sekali lagi “Aku bukan bocah laki-laki yang baik untuk Ran. -.-
“Jangan melamun Meitantei, ambilah ini !” Sekarang giliran Profesor yang memecah keheningan pikiranku. Ku raih kotak yang di berikan olehnya. Isinya adalah kalung indah dengan permata merah. Indahnya, tapi walaupun aku bocah  aku bukan wanitakan. -.-
“Mengapa kau memberi kalung ini Prof ?”
“Berikan kalung itu kepada Ran, sudah ku lengkapi dengan alat penyadap, kau bisa mengetahui dengan siapa dan kemana Ran tanpa harus mengikutinya. Tapi jika dia memakainya.”
“Profesor, Arigatou gozaimasu ^^, tapi aku masih bingung cara memberikannya.”
“Ambilah ini juga, anggap saja sebagai hadiahku karena kau rela di panggil Detective Bodoh.” Ucap Ai seraya menyodorkan pil, ya aku tahu itu obat penawar APTX 4869.
“Doumo arigatou gozaimasu.”Wah aku merasa terbang ke luar angkasa, menari dengan kodok akrobatis, dan kehujanan miliyaran uang.
“Hentikan khayalanmu itu, aku benci melihat wajahmu dengan senyum basi. Obat itu hanya bisa bertahan 5 jam.” Baru membuat senang dan dia menjatuhkanku lagi.
“Ayolah jangan bersedih seperti itu, gunakanlah waktu itu dengan baik. Bahagiakanlah Ran walau hanya 300 menit.” Nah, kali ini kata-kata Ai benar. Segera aku membuka lemariku untuk mencari pakaian yang tepat. Tak lupa ku kirim sms untuk Ran, walaupun dengan gaya singkat, kau harus tau Ran, aku benar-benar menyayangimu.
“Ran, hari ini ku tunggu di Tropical Land di depan air menyembur tepat pada pukul 04.00 PM.”
Aku masih saja semangat menyiapkan pakaian, hingga Profesor dan Ai datang sambil tertawa terkekeh-kekeh mengejutkanku.
“Dasar, Detective Bodoh !” sergah Ai.
“Kau sungguh aneh Shinichi, sepertinya kau memang demam.” Profesor pun ikut mengejek.
“Ada apa dengan kalian, apakah salah aku menyiapkan pakaian terbaik untuk bertemu Ran ?”
“Tidak salah, tapi coba lihat dulu pakaian yang kau pilih itu.” Ujar Profesor.
“Kau akan bertemu Ran dengan wujud Shinichi, mengapa kau menyiapkan pakaian Conan ? apa kau akan memakai pakaian sempit seorang bocah untuk bertemu kekasihmu. Ha..ha..” Ucap Ai.
Aku terdiam, memang benar aku menyiapkan pakaian Conan. Dasar bodoh ak jadi bulan-bulanan tertawaan mereka. Ran kau memang membuatku tak mampu berfikir logis -.-

Ran POV
            Pagi ini seperti biasa, saat ku lihat kamar Conan dia sudah tidak ada. Pasti dia sudah melancong ke rumah Profesor Agasa pikirku. Hari ini adalah hari ulang tahunku, semoga saja tidak kasus apa pun yang menimpa Ayah dan diriku. Aku merasa bosan, sedikit-sedikit kasus, pembunuhan seperti makanan sehari-hari untukku.



Ku lihat ponselku dengan rasa menanti. Ya menanti ucapan seseorang sebagai bukti kepeduliannya terhadap diriku. “Tet..tet.” sms. Dari siapa ya ? jantungku berdegup kencang. Ternyata sms dari Sonoko sahabat baikku. Aku kecewa, bukan berarti aku tak mengharapkan ucapan dari Sonoko. Tapi, jujur saja aku mengharapkan ada satu sms saja berasal darinya. Ya darinya yang sudah lama tak ku jumpai, Shinichi Kudo. “Tet..tet.” Untuk kedua kalinya ponselku berbunyi. Tapi aku tidak mau berharap lagi itu darinya. Ku buka, walau perasaanku ragu. Aku takut kecewa lagi. Kulihat ternyata pengirimnya Shinichi Kudo. Wa, aku melompat kegirangan, aku merasa terbang ke luar angkasa, menari dengan kodok akrobatis, dan kehujanan miliyaran uang.
“Ran, hari ini ku tunggu di Tropical Land di depan air menyembur tepat pada pukul 04.00 PM.”
Huu, pesan yang ku tunggu-tunggu dari tadi hanya berisi sesingkat ini. Tak ada kata-kata yang menujukan dia ingat hari ini. Tapi tak apalah, dia mengajakku bertemu merupakan hadiah istimewa bagiku. Aku sudah lama tak berjumpa dengannya. Bagaimana ya rupanya sekarang, apakah masih bertahan dengan wajah cool itu. Jadi teringat waktu dia masih berada di dekatku, kami selalu bertengkar karena ledekkannya, tapi aku sadari sekarang setelah jauh darinya. Betapa aku menyayanginya.

Hentikan lamunanmu Ran, aku berteriak dalam hatiku sendiri. Sekarang aku akan menyiapkan pakaian. Aku berpikir untuk tampil beda kali ini. Tepat pukul 01.00 PM ada seorang mengetuk pintu. Aah, apakah itu Shinichi, tapi bukannya dia menungguku di Tropical Land. Ku atur jalur nafasku yang tak menentu. Perasaan memang aneh dan tak mampu terkendali.
“Konnichiwa Ran, Selamat ulang tahun.” Ucap Sonoko sahabat terbaikku, ya untuk kedua kalinya aku tertipu olehnya.
“Konnichiwa Sonoko, arigatou gozaimasu. Ini kejutan yang indah.”
“Ayo kita rayakan.” Ajak Sonoko.
“Aku mau, tapi aku sudah berjanji pada untuk bertemu Shinichi jam 04.00 PM.”
“Ow, ternyata pangeranmu itu akhirnya datang. Tapi ayolah Ran sekarang masih jam 01.00 lebih baik kau ikut aku ke mall. Kita cari pakaian baru dan memanjakan diri, supaya kau lebih cantik.”
Aku pikir ucapan Sonoko ada benarnya. Dari pada aku di rumah dengan jantung yang berdetak cepat menunggu saat itu. Lebih baik menghabiskan waktu bersamanya.
Aku begitu nyaman di tempat spa, sehingga tertidur. Melupakan penatku akan berbagai kasus-kasus ayah yang terkadang melibatkan aku untuk ikut bepartisipasi. Kimochi ! Yaa, aku begitu nyaman sampai tidak menyadari sudah jam 03.55 PM.
“Oh tidak Sonoko, aku terlambat sekarang sudah jam 03.55 PM dan aku belum siap sekarang. Aku harus bagaimana ?” tanyaku panik.
“Jangan panik Ran, ayo pakailah pakaian yang kita beli tadi dan berangkatlah dari sini.”
“Baik Sonoko, mata ashita.”


Shinichi POV
            Hore, sekarang jam sudah menunjukan pukul 03.55 aku langsung memakan pil pemberian Ai Haibara. Walaupun rasa terbakar harus ku terima akibat efek samping dari obat ini. Tapi tak apalah demi dirimu.
            Aku harus menyembunyikan identitasku. Oleh karena itu ku gunakan kacamata besar dan topi. Berharap tak ada yang mengenaliku, bahkan sebagai Detective terkenal sekalipun. Aah, Ran begitu lama sekarang sudah pukul 04.17 PM walaupun hanya lewat 17 menit dari waktu yang di janjikan tapi itu sangat berharga bagiku. Bukankah 1020 sekon dia mengaret dari janji. Ada sesuatu yang sangat penting akan ku katakan padanya.

            “Permisi, saya ingin bertanya apakah anda melihat seorang anak laki-laki tinggi, dengan wajah sombong menunggu di sini ?” suara seorang wanita menyapaku “deg.”
            “Ran ?”
            “Shinichi…”
            “Mengapa kau terlambat ?”
            “Gomen nasai. Tadi aku dengan Sonoko …”
            “Ya, sudahlah ayo ikut aku.” Ku potong ucapannya, aku tau jika bersama Sonoko apalagi yang di kerjakannya kalau bukan masalah wanita, aku tak perlu tau. Aku juga tak mampu marah kepada Ran hanya karena aku menunggu 17 menit, dia lebih lama menungguku. Ran begitu cantik, walaupun dia juara karate tingkat region tak ada yang mampu memungkiri kecantikannya, dan itu termasuk aku.
            Kami berjalan menyusuri Tropical Land, kami diam dan hening padahal tadi begitu banyak pokok pikiran yang muncul di benakku untukku bicarakan padanya. Aku rasa dia pun begitu canggung, mungkin karena kami memang jarang bertemu dalam wujudku Shinichi.
            “yoi o-tenki desu ne.” ku pecah keheningan diantara kami.
            “Ya, Shinichi ogenki desuka ?”
            “Aku baik-baik saja, dan aku yakin kau pun baik-baik saja. Lagian siapa yang berani mengganggu seorang juara karate sepertimu. Ha..ha..” ini salah satu usahaku mncairkan suasana.
            “SHINICHII…”
            Kami bermain sesukanya hari ini, memutar memori saat kencan pertamaku dengan Ran. Ya disini di Tropical Land. Tidak terasa sudah jam 08.00 aku mengajaknya untuk makan malam. Tak henti-hentinya aku melihat jam, aku takut tak cukup waktu untuk semuanya.
            “Ran. Selamat ulang tahun.”
            Arigatou gozaimasu, kau datang hari ini merupakan hadiah terindah untukku.”
            “Aku tau itu. He..he ^^”
            “Dasar Sombong.”
            “Oia Ran, ini hadiah untukmu.” Ku berikan kotak yang tadi di berikan Profesor kepadaku.
            “Doumo arigatou gozaimasu, ini kalung yang sangat indah.” Ujar Ran seraya membuka kotak itu.
            “Dou itashimashite, pakai ya jangan pernah kau lepaskan itu.”
            “Pasti.” Ran tersenyum dengan indahnya.
            Aku tercekat lagi, aku merasakan aura yang aneh, benar-benar aneh. Aura Black Organisation. Aku teringat tekatku dari tadi pagi, ada sesuatu yang akan ku katakan dengan Ran.
            “Ran, ada yang ingin ku katakan padamu.”
            “Ada apa Shinichi? Sepertinya kau serius.” Raut wajah Ran sedikit berubah.
            “Tapi, kau berjanji tidak menangis !”
            “Kau kira aku bagian dari gadis-gadis kaya yang cengeng itu.” Wajah Ran meyakinkan.
            “Karena aku telah memenuhi keinginanmu, (menghela nafas) uuhh, bisakah mulai dari malam ini kau lupakan aku, anggap saja kita tidak pernah bertemu, atau anggap saja aku telah tiada. Jangan hubungi aku lagi Ran.” Berat rasanya bibir ini berucap tapi aku yakin ini yang terbaik.
            “Mou ichido itte kudasai, kau bercanda kan ?” wajahnya tetap terlihat tegar.
            “Aku tidak bercanda Ran.” Ku tatap matanya lekat untuk meyakinkannya.
“Mengapa ? Apakah aku membuat kesalahan.” Suara Ran mulai parau, sepertinya dia menahan tangis. Maafkan aku Ran.
“Ran, kau tidak salah sedikit pun.”
“Lalu apa ? mengapa kau begitu tega menjatuhkan aku. Betapa sia-sianya aku menunggumu, betapa sia-sianya semua ini, apa yang kau lakukan hari ini, sesungguhnya hanya melebarkan luka yang akan kau ciptakan.”
“Gomen nasai, terlalu banyak masalah yang aku yakin kau tidak akan mengerti Ran. Aku mohon, aku tidak mampu lagi berfikir logis karenamu. Kalau kau benar-benar sayang kepadaku lupakanlah.”
 Maafkan aku Ran, aku terlalu bodoh, akhirnya aku membenarkan ucapan Ai. Aku tak bisa melihatmu kelak celaka jika berhubungan denganku. Aku tidak mau BO menjadikanmu sandra, tawanan, atau sejenisnya. Aku tak kan pernah rela Ran -.-, ku lihat jam menunjukan pukul 08.50 PM. GAWAT !!!
“Mata ne.” aku benar-benar tak sanggup melihat Ran, matanya mulai berkaca-kaca.
“Baiklah Shinichi, aku mengerti. Nagai koto o-jama itashimashita.” Ran tetap tersenyum melepas kepergianku, kau begitu tegar Ran. Itu salah satu hal yang membuatku begitu kagum padamu. Tenang ya Sayang pada waktunya kita akan dapat bersatu.
 Ku tersenyum sebagai jawaban dan kubalikkan tubuhku meninggalkan dirinya. Aku memang jahat, tapi aku yakin ini yang terbaik. Dalam gelap ku menangis. Memang aneh, aku yang menyuruhnya tidak menangis, malah aku yang menangis. Dasar sepertinya bocah Conan sudah mendarah daging, menempaku jadi bocah 10 tahun.
Sesaat kemudian aku sudah kembali ke wujud asalku, Conan Edogawa.

Ran POV
            Huaaa.. aku telat apakah dia masih menungguku ya. Aku yakin dia masih ada. Dimana dia ? aku lupa menanyakan cirri-cirinya. Sebaiknya aku bertanya, itu ada seorang laki-laki. Mungkin dia melihat Shinichi.
“Permisi, saya ingin bertanya apakah anda melihat seorang anak laki-laki tinggi, dengan wajah sombong menunggu di sini ?” aku tiba-tiba jadi gugup, padahal aku tidak mengenalinya.
            “Ran ?”
            “Shinichi…” wajah shinichi tetap saja tampan,aku benar-benar terkejut.
            “Mengapa kau terlambat ?”
            “Gomen nasai. Tadi aku dengan Sonoko …”
            “Ya, sudahlah ayo ikut aku.” Uuh, dia selalu memotong ucapanku, mungkin dia bisa membaca pikiranku, itukan pekerjaannya ^^.
            Kami berjalan menyusuri Tropical Land, kami diam dan hening padahal tadi begitu banyak pokok pikiran yang muncul di benakku untukku pertanyakan padanya. Aku rasa dia pun begitu canggung, mungkin dia merasa bersalah atas kepergiannya selama ini. Aku harap dia tak akan meninggalkanku lagi.
            “yoi o-tenki desu ne.” Shinichi memecah keheningan diantara kami.
            “Ya, Shinichi ogenki desuka ?” Jawabku, aku khawatir akan dirinya.
            “Aku baik-baik saja, dan aku yakin kau pun baik-baik saja. Lagian siapa yang berani mengganggu seorang juara karate sepertimu. Ha..ha..” dengan senyum jahilnya.
            “SHINICHII…” Dasar detective nakal, bisanya mengejekku saja.
            Kami bermain sesukanya hari ini, memutar memori saat kencan pertamaku dengan Shinichi. Ya disini di Tropical Land. Tidak terasa sudah jam 08.00 Shinichi mengajakku untuk makan malam. Tak henti-hentinya Shinichi melihat jam, apa sebenarnya yang dia pikirkan.

            “Ran. Selamat ulang tahun.” Shinichi manis sekali.
            Arigatou gozaimasu, kau datang hari ini merupakan hadiah terindah untukku.” Aku terlalu jujur, sebenarnya aku tak perlu mngucapkan ini.
            “Aku tau itu. He..he ^^”
            “Dasar Sombong.”
            “Oia Ran, ini hadiah untukmu.”
            “Doumo arigatou gozaimasu, ini kalung yang sangat indah.” Hadiah, aku bahagia sekali ini lebih dari apa yang aku bayangkan.
            “Dou itashimashite, pakai ya jangan pernah kau lepaskan itu.” Pesan Shinichi
            “Pasti.” Ujarku, tentu saja akan ku pakai, tak kan ku sia-siakan.
            Aku melihat perubahan wajah Shinichi. Entah mengapa tiba-tiba dia terlihat pucat. Aku mulai khawatir, apa dia sakit ? apa ada sesuatu yang di sembunyikannya dariku.
            “Ran, ada yang ingin ku katakan padamu.”
            “Ada apa Shinichi? Sepertinya kau serius.” Aku khawatir, ya perasaan itu semakin dalam.
            “Tapi, kau berjanji tidak menangis !” Ucap Shinichi. Sungguh ini membuat aku semakin takut.
            “Kau kira aku bagian dari gadis-gadis kaya yang cengeng itu.” Aku berusaha meyakinkannya.
            “Karena aku telah memenuhi keinginanmu, (menghela nafas) uuhh, bisakah mulai dari malam ini kau lupakan aku, anggap saja kita tidak pernah bertemu, atau anggap saja aku telah tiada. Jangan hubungi aku lagi Ran.” Kata-katanya begitu merasuk dalam relung jiwaku.
            “Mou ichido itte kudasai, kau bercanda kan ?” aku berusaha tegar.
            “Aku tidak bercanda Ran.” Dia menatap wajahku lekat.
“Mengapa ? Apakah aku membuat kesalahan.” Rasanya aku kehilangan suara, tapi aku harus menanyakannya.
“Ran, kau tidak salah sedikit pun.”
“Lalu apa ? mengapa kau begitu tega menjatuhkan aku. Betapa sia-sianya aku menunggumu, betapa sia-sianya semua ini, apa yang kau lakukan hari ini, sesungguhnya hanya melebarkan luka yang akan kau ciptakan.”
“Gomen nasai, terlalu banyak masalah yang aku yakin kau tidak akan mengerti Ran. Aku mohon, aku tidak mampu lagi berfikir logis karenamu. Kalau kau benar-benar sayang kepadaku lupakanlah.”
“Mata ne.” Jawab Shinichi singkat. Aku tak sanggup mendengarnya, ternyata begitu penilaiannya terhadapku, aku hanya perusak pikirannya saja.
“Baiklah Shinichi, aku mengerti. Nagai koto o-jama itashimashita.” Aku harus tetap terlihat tegar saat melepas kepergiannya. Dia mulai pergi, membelakangi diriku, dan akhirnya hilang dalam kegelapan.

Conan POV
            Aku kejam ya, aku jahat ya, aku … aku gak punya hati mungkin itu yang ada di benak semua orang. Tapi aku yakin ini yang terbaik, jika Ran tetap menghubungiku dia pasti akan kena imbas kemarahan BO. Aku bocah yang gagal. Ayo Shinichi kuatkan hatimu, tugas utamamu adalah menjaga Ran. Bukan hanya memberinya kebahagiaan kecil lewat sms semata, itu tidak perlu. Pada akhirnya nanti, jika Tuhan mengizinkan semua akan indah.
            “Konbanwa.”
            “Konbanwa, mengapa kau terlihat lesu Shinichi ? bukankah seharusnya kau bahagia.” Tanya Profesor.
            “Mungkin dia merasa kekurangan waktu.” Ai menggoda lagi tapi aku malas menyahutnya.
            “Aku sudah menyuruh Ran untuk menjauhiku.” Aku terduduk lemas.
            “Menjauhimu ?”
            “Iya.”
            “Kau tega sekali Shinichi, ini hari ulang tahunnya. Kau bukan hanya Detective bodoh tapi tidak punya perasaan juga.” Ucap Ai.
            “Aku tidak mau membuatnya celaka.”
            “Niatmu baik, tapi haruskah di hari ulang tahunnya ?” Lagi-lagi Ai benar. Aku harus bagaimana agar dia memaafkanku.
            “Aah, sudahlah semuanya sudah berakhir. Biarkan saja mengikuti takdir.” Ucapku pasrah.
            “Ja, mata ashita.” Aku pergi meninggalkan Prof. Agasa dan Ai. Aku pulang kerumah Ran. Mungkin dia sangat mengkhawatirkanku. Kami tidak bertemu dari pagi.
            Sesampainya di rumah Ran. Rumahnya  begitu sepi, sepertinya Paman Kogoro belum pulang dari main mahyong. Tapi Ran yang biasanya menungguku di depan rumah jika aku belum datang kini tidak ada. Setelah berganti pakaian tidur, aku bergegas ke kamar Ran. Oh Tuhan, apa yang aku lakukan. Wanita tegar sepertinya menangis. Aku harus bagaimana ? aku memang jahat.
            “Shitsurei desuga, mengapa kakak menangis ?”
            “Ah, tidak apa-apa Conan-kun.”
            “Aku ini Detective Cilik loo, kakak gak bisa bohong.” Aku terus mendesaknya.
            “Em, Shinichi sudah pergi semakin jauh.” Ran mulai menghapus air matanya.
            “Pergi jauh ? aku gak ngerti Kak.” Sok polos.
            “Shinichi membenciku, dia ingin aku menjauhinya.” Ungkap Ran. Aku tersentak mendengarnya.
            “Kak Shinichi tidak membenci Kak Ran.” Ucapku meyakinkan.
            “Dia membenciku.”
            “Lie, buktinya aku di tugaskan oleh Kak Shinichi untuk menjaga Kakak. Tadi Kak Shinichi menyempatkan diri kerumah Profesor Agasa. Dia terlihat sedih Kak.”
            “Benarkah ?”
            “Aku tidak berbohong ^^. Kak Shinichi juga bilang Ada beberapa hal yang harus tetap menjadi misteri di dunia ini, dan aku pikir misteri ini lebih baik menjadi misteri yang tidak terselesaikan. Tapi, tenang saja, Ran wanita yang kuat. Kelak juga hanya akan ada satu kebenaran. Itu kata Kak Shinichi lo.”
            “Aku mengerti ^^, sampaikan salamku padanya jaga dirinya baik-baik.”
            “Ok, Oyasumi nasai.” Ucapku
            “Oyasumi nasai.” Balas Ran.




Author POV
            Ya, itu dia cinta. Bukan hanya sekedar rasa bahagia saat memiliki. Tapi ada sisi lain, yang setiap individu memiliki pandangan yang berbeda. Cinta juga tak menuntut untuk dibalas, cinta hanya mengalir mengikuti takdir.
            Setelah Conan memasangkan selimut kepada Ran, mematikan lampu, dan meninggalkan Ran. Rembulan menjadi saksi atas pertemuan mereka. Ran bergumam di alam sadarnya “I will wait you although  one thousand years.”

THE END
 
Nb: ini tulisanku saat sma, masih banyak kesalah di sana-sini (tanpa pengeditan). Jadi harap maklum ya ^^ Selamat membaca.

0 comments:

Post a Comment

Total Pageviews

Powered by Blogger.

Translate

Belajar untuk Menulis, Menulis untuk belajar